Bareksa.com - Pasar saham menghadapi tekanan pada awal perdagangan pasca libur Lebaran 2024. Investor dapat mengambil strategi yang mengedepankan fundamental di saham, reksadana pendapatan tetap berbasis korporasi dan emas digital untuk menjaga portofolio investasi.
Tim Analis Bareksa merekomendasikan Trimegah Dana Obligasi Nusantara, Capital Fixed Income Fund dan STAR Stable Income Fund sebagai pilihan reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi.
Beli Trimegah Dana Obligasi Nusantara
Beli Capital Fixed Income Fund
Sementara itu, investor dengan profil risiko agresif hingga sangat agresif bisa melakukan buy on weakness untuk saham-saham berkapitalisasi besar seperti BBRI, BMRI dan BBCA. Saham komoditas seperti ANTM, BRMS dan MEDC juga layak untuk dikoleksi di tengah ketidakpastian di Timur Tengah.
Tabel Harga Saham dan Potensi Kenaikan pada 2024
Kode Saham | Harga Penutupan* | Target Harga | Potensi Kenaikan |
---|---|---|---|
BBRI | 5350 | 7150 | 33,64% |
BMRI | 6625 | 7500 | 13,21% |
BRMS | 170 | 282 | 65,88% |
BBCA | 9625 | 10500 | 9,09% |
MEDC | 1620 | 1850 | 14,20% |
*Harga penutupan per 16 April 2024, Sumber: Ciptadana Sekuritas, diolah Bareksa
Tim Analis Bareksa menilai ada tiga faktor yang mendorong aksi jual masif dan menekan pasar saham di awal perdagangan pasca Lebaran. Pertama, rilis inflasi Amerika pada pekan lalu yang lebih tinggi dari ekspektasi membuat harapan investor akan terjadinya pemangkasan suku bunga acuan 2-3 kali hampir pupus.
Kedua, adanya faktor serangan Iran terhadap Israel pada Minggu dini hari kemarin meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Faktor terakhir adalah pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS yang menembus level psikologis Rp16.000.
Pelaku pasar saat ini memproyeksikan penurunan suku bunga Dolar terjadi paling cepat September dan kemungkinan besar tidak ada pemangkasan di November yang bertepatan dengan masa Pemilu AS. Sebab, Bank Sentral AS tidak ingin dicap “tidak netral secara politik”. Proyeksi ini didasari oleh pasar tenaga kerja yang begitu solid di tengah era suku bunga tinggi sehingga kebijakan pemangkasan suku bunga dikhawatirkan akan mendongkrak inflasi.
Era suku bunga tinggi di AS yang berkepanjangan membuat bank-bank sentral negara lain berada dalam posisi serba salah terutama negara yang inflasinya sudah terkendali tetapi pertumbuhan ekonomi masih rendah sehingga perlu stimulus berupa pemangkasan suku bunga. Akan tetapi jika pemangkasan dilakukan mendahului Bank Sentral AS maka berpotensi memperlemah nilai tukar mata uang dalam negeri yang ujung-ujungnya mendatangkan inflasi yang berasal dari barang impor.
Beli Emas Logam Mulia, Klik di Sini
Tensi geopolitik antara Iran dan Israel yang memanas membuat harga minyak sempat meningkat ke level US$87/barel dan harga emas global naik mendekati angka US$2.400/troy ons. Negara net importir minyak seperti Indonesia sudah tentu tidak diuntungkan dari perkembangan ini. Karena, dapat memperbesar defisit APBN hingga mengancam kenaikan inflasi dalam negeri.
King Dolar AS Kembali Menguat di tengah Data Laporan Tenaga Kerja yang Solid
Sumber : Marketwatch.com
Tim Analis Bareksa juga melihat Rupiah masih bakal mengalami tekanan bersama dengan hampir seluruh mata uang lainnya. Indeks Dolar, yang mengukur kurs mata uang Dolar AS terhadap mata uang besar lainnya, saat ini telah mencapai 106, tertinggi sejak Oktober 2023. Rupiah diproyeksikan sulit menguat dan kembali ke bawah Rp16.000 per Dolar AS apabila tidak ada intervensi dari Bank Indonesia.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin.